Daerah

Serangan Rudal Iran Ke Israel Dan Bayangan Perang Besar Di Timur Tengah

Penulis: Habibiathaullah Luqmanul Hakim

Padang GMU News/Ketegangan geopolitik di timur tengah kembali menyentuh titik kritis. Serangan rudal yang di luncurkan Iran ke wilayah Israel pada minggu malam (15/6) bukan sekedar aksi militer, tetapi juga sinyal politik yang sarat makna. Di balik ledakan dan asap yang membumbung tinggi di langit Israel, tersimpan dinamika kekuasaan, dendam lama, dan kegagalan diplomasi yang berulang.

Iran, melalui media resminya, menyebut serangan ini sebagai balasan atas agresi Israel yang menewaskan perwira tinggi mereka di wilayah Suriah. Bagi Teheran, serangan ini adalah hak membela diri. Namun, bagi Israel, tindakan itu adalah provokasi yang melanggar batas dan mengancam keselamatan warga sipil. Sistem pertahanan udara Iron Dome memang berhasil mencegah sebagian besar rudal, tetapi dampak psikologisnya tak terbendung: ketakutan massal, sirene di malam hari, dan bayangan perang yang terus menghantui.

Ketegangan yang Tak Pernah Usai.
Hubungan Iran-Israel telah lama berada di ujung tanduk. Permusuhan ini bukan hal yang baru. Sejak dekade 1980-an, keduanya terlibat dalam perang bayangan melalui konflik proksi di Lebanon, Suriah, Palestina. Iran dianggap sebagai penopang kekuatan Hisbullah dan berbagai kelompok militan yang dianggap mengancam eksistensi Israel.

Sebaliknya, Israel secara rutin melakukan serangan udara terhadap basis Iran di Suriah dan Irak.Serangan terbaru ini menunjukkan bahwa siklus balas-membalas tanpa ujung masih terus berlanjut. Tidak ada ruang bagi kompromi. Selama keduapihak tetap mengedepankan militerisme dan saling curiga. Sayangnya, korban sesungguhnya bukan hanya militer, tetapi rakyat sipil yang tak berdaya.

Baca Juga  Deklarasi Kemenangan Pasangan Bupati Dan Wakil Bupati 50 Kota

Dunia Internasional: Diam atau Bertindak?
Dalam beberapa jam setelah serangan, berbagai pernyataan muncul dari tokoh dunia. Sekretaris jendral PBB meminta semua pihak menahan diri. AS, sekutu utama Israel, menyatakan dukungan penuh namun juga berharap tidak terjadi eskalasi lanjutan. Uni Eropa, meskipun secara historis lamban, menawarkan diri untuk menjadi mediator.
Namun pernyataan saja tak cukup. Dunia membutuhkan tindakan nyata: tekanan diplomatik, forum internasional, dan langkah mediasi konkret. Jika tidak, konflik ini bisa menyeret negara-negara lain, menciptakan perang regional, atau bahkan membuka jalan bagi konfrontasi global yang lebih luas.

Refleksi: Di Manakah Jalan Damai?
Pertanyaan mendasar yang perlu diajukan adalah: sampai kapan Timur Tengah terus membayar harga dari pertikaian politik dan militer? Apakah peradaban yang telah berumur ribuan tahun ini akan terus hancur karena hasrat saling membalas?
Serangan Iran mungkin dimaklumi oleh sebagian kalangan sebagai respons terhadap provokasi. Namun membalas api dengan api hanya akan memperluas kobaran. Dalam konflik ini, kekuatan militer bukan satu-satunya solusi. Justru keberanian untuk duduk bersama, membuka dialog, dan mengakui kesalahan masa lalu adalah langkah berani yang sesungguhnya.

Penutup
Iran dan Israel adalah dua negara dengan sejarah panjang dan pengaruh besar di kawasan. Namun sejarah juga mencatat bahwa kekuatan besar yang gagal menjaga keseimbangan akhirnya runtuh oleh ketegangan internal dan konflik eksternal. Dunia internasional masih memiliki waktu untuk bertindak. Namun waktu itu tak banyak. Jika tak segera dihentikan, serangan rudal tersebut bisa menjadi awal dari tragedi yang lebih besar di Timur Tengah.( GMU )